PUISI
Puisi terdapat empat arti yaitu arti lugas, arti
perasaan penyair, nada dan itikad.
Arti
secara lugas ini berkaintan dengan kegiatan pikiran penyair ketika kesadarannya
bersinggungan dengan suatu pokok. Dengan demikian arti lugas ini akan berupa
pendapat penyair tentang pokok pembicaraannya.
Arti
yang kedua ialah arti perasaan penyair. Didalam menghadapi pokok pembicaraannya,
penyair tidakn hanya berpikir melainkan juga meras.
Arti
ketiga puisi yaitu nada. Nada bicara seorang penyair ditentukan oleh dua faktor
utama, yaitu pokok pembicaraan dan orang yang diajak bicara.
Arti
yang keempat yaitu itikad. Sadar atu tidak sadar mungkin saja penyair
menyisipkan keinginan agar sesuatu terjadi sebagai dampak sajaknya, baik pada
diri pembaca atau bahkan pada masyarakat yang menjadi sasaran sajaknya itu.
Gerimis
yang Diam-Diam
Pada suatu temaran subuh
Yang dingin oleh perjalanan musim
Adakah kaulihat di atas atap rumah-rumah
Gerimis yang menyebar diam-diam
Datang dari kelam langit?
Pada saat itu
Adakah kaucair – pikirkan
Bahwa sang mahadurjana
Fitnah yang merajalela di mana-mana
Merasuki tiap jengkal tanag di buni
Dari kelam kehidupan diam-diam
Seperti desis gerimis?
Karya
: Apip Mustopa
Dari
“Salah Satu Hadis Nabi”, Jakarta, Maret 1976
Dikutip
dari Majalah Kebudayaan Umum Budaya Jaya
Nomor 98 Tahun IX, Juli
1976
Menganalisis Puisi
“Gerimis yang Diam-Diam “ karya Apip Mustopa
a. Struktur
Global
Puisi
diatas adalah puisi modern, tidak termasuk puisi baru karena sudah terlepas
dari rima atau ciri puisi lama yang masih terasa pada puisi baru. Adanya tanda
penggunaan tanda tanya menunjukkan perbedaan puisi tersebut dari puisi lama. Puisi diatas terdiri dari satu baik,
dua belas baris. Masing-masing baris mempunyai makna yang berbeda, ada yang
menunjukkan makna keadaan, makna waktu dan makna tempat. Garis besar isi puisi
mengungkapkan tentang kejahatan , terlihat dari penggunaan kata ganti seperti
mahajurjana dan fitnah yang merajalela.
b. Analisis
Stuktur Fisik
Dapat
dirasakan bahwa puisi diatas mempunyai kepaduan dan harmoni antara struktur
fisik dan struktur batin. Puisi “Gerimis yang Diam-Diam” diksinya cukup mudah dipahami karena
bahasanya sederhana dan bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada
satu kata yang jarang digunakan yaitu mahadurjana . Keterangan tempat atau
setting sangat jelas, suasana juga
digambarkan secara jelas.
c.
Struktur Batin
Secara
sepintas telah diintepretasikan tema puisi diatas yaitu tentang kejahatan yang
ada di sekitar kehidupan manusia yang diamati oleh penulis. Hal ini dibuktikan
setelah menelaah struktur bahasa
penyair.
Struktur
Batin terdiri dari :
1.
Perasaan
Penyair pada saat
menciptakan puisi diatas dapat dirasakan juga sewaktu membahat bait puisi
tersebut.Penyair mengajak pembaca untuk ikut merasakan bahwa kejahatan semakin
merajalela dalam kehidupan dan fitnah
terjadi dimana-mana. Kejahatan juga diibaratkan seperti gerimis yang tak mampu
dicegah, datang terus menerus dan membawa dampak dan suasanya yang berbeda di
kehidupan.
2.
Nada dan Suara
Nada dan suara
bercerita dengan mengungkapkan perasaan yang sedih dan perihatin dengan keadaan
yang sedang dihadapi di sekitar penulis. Penyair menceritakan kejahatan yang
ada disekita kehidupan yang sangat memprihatinkan dan semakin merajalela.
3.
Amanat
Puisi diatas menyatakan
bahwa penyair ingin mengungkapkan rasa prihatin terhadap kehidupan, karena
kejahatan dan fitnah semakin tidak terkontrol dan semakin banyak. Penyair
mengajak pembaca untuk melihat kehidupan sekita dan peduli akan keadaan
sekitar, bahwa kejahatan saat ini sangat memprihatinkan dan dampaknya bisa dirasakan dan terlihat.
Isi dari puisi Gerimis yang Diam-Diam
Pada saat subuh, suasana masih
remang-remang dan dingin karena musim hujan. Disetiap atap rumah apabila
dilihat dan diperhatikan, terlihat gerimis dan mendung ayang datang dari
langit. apakah sempat kau pikirkan banyak sekali kejahatan pada waktu itu,
penjahat ada dimana-mana dan fitnah semakin banyak dan merajalela. Dimana-mana
terjadi kejahatan sehingga kejahatan sudah merata dan menjadi hal yang biasa.
Kejahatan sepertinya sepertinya sudah memasuki kehidupan di bumi, datang dan
tumbuh dengan sedikit demi sedikit, namun terus terjadi dan membawa perubaha
dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan menjadi terganggu dengan adanya kejahatan.
PETANI
Punggungnya landasan matahari
Di atasnya kota demi kota berdiri
Di punggungnya surya besar menempa
hari
Jadi zaman berangkai zaman
Di punggungnya sejarah membuka
jalan, jembatan abadi
Bagi peradaban demi peradaban
Peradaban pertama ditulis dengan
cangkul
Di zaman purbani
Peradaban pertama dirintis dengan
cangkul
Diayunkan petani
(Haryanto Andangjaya, Buku Puisi)
Menaganisis puisi
“Petani”
·
Keterlibatan Jiwa
1.
Pokok yang dibicarakan penyair dalam
sajak tersebut adalah tentnag perjuangan dan peran petani sejak jaman dahulu
sebelum menjadi zaman yang modern seperti sekarang ini.
Terbukti dengan sajak
puisi “ Di pungungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi” dan “ Bagi
peradaban demi peradaban”.
2.
Perasaan penyair tentang pokok
permasalahan yang dibahas yaitu perasaan kagum dan menghormati akan perjuangan
dan peran petani disegala zaman.
3.
Perasaan yang timbul dalam diri penyair
ketika ia sedak menghadapi pokok permasalahan tersebut adalah merasakan senang
dan bangga atas perjuangn petani yang bisa menyesuaikan zaman dan bisa
berpartisipasi dam peradaban di zaman yang akan berubah dari waktu ke waktu.
4.
Penyair berbicara kepada pembaca dengan
nada memaparkan bukti bahwa petani ikut mengisi peradaban yang akan berubah
dari zaman terdahulu ke zaman yang semakin modern dan senantiasa menyesuaikan
zaman denagan pengorbanannya.
Terbukti dengan
memaparkan pendapat tentang petani yang disimbulkan denagn cangkul yang berciri
khas sebagai alat bekerja petani.
“ Peradaban pertama
ditulis dengan cangkul”
“Peradaban pertama
dirintis dengan cangkul”
Menunjukkan betama
besar peran petani yang pada zaman itu mengandalkan alatnya yaitu cangkul.
Dengan kerja dan alatnya tersebut mampu menyesuaikan zaman dan masih bisa
menyumbangkan pengabdiannya demi peradaban yang terus menerus berubah.
5.
Penyair menginginkan sesuatu terjadi
pada diri pembaca apabila kita membaca puisi tersebut. Penyair menginginkan
pembaca untuk tahu dan mrnghormati pengadbian dan perjuangan petani di dalam
suatu peradaban tersebut.
6.
Penyair menulis sajak itu diperkirakan pada
waktu itu ikut melihat dan mengamati perjalanan petani dari waktu ke waktu dan
melihat kehidupannya sehingga bila disimpulkan ikut andil dalam perudahan dan
perkembangan zaman.
·
Penguasaah Penyair Terhadap Bahasa
1.
Bahasa yang digunakan penyair sangat
puitis dan indah. Dalam pemilihan diksi sangatlah tepat dan bisa menciptakan
suasana yang pas sesuai dengan keadaan dan tema puisi.
2.
Penyair berhasil mengungkapkan pikiran
dan perasaan mengenai petani, peradaban, hingga dulu zaman yang belum modern
hingga menjadi zaman yang sudah modern dengan ditunjukkan adanya perkotaan.
3.
Sajak diatas enak sekali untuk dibaca
dan didengar, karena inti dari puisi di atas tentang rasa kekaguman dan
penghormatan yang bisa menjadikan pengetahuan dan hiburan bagi penikmatnya.
·
Hubungan Dengan Pengalaman Kehidupan
1.
Setelah membaca puisi tersebut, saya
merasa senag=ng dan terhibur. Saya mendapatkan pengetahuan dan bisa membaca
pengalaman orang lain. Memang petani yang saya amati, memberikan kontribusi dan
ikut andil dalam kehidupan di zaman ini, tak ada petani lalu mau makan apa
negara ini, apakan hanya ingin mengandalkan dari alam saja, tanpa berusaha
mengelola dan bertanam.
2.
Saya mengalami perasan baru setelah saya
membaca puisi tersebut. Petani ternyata sangat besar jasanya, saya bisa mendapi
lebih menghormati dan lebih tahu akan
jasanya yang besar bagi kehidupan. Membuka gambaran tentang hidup, bahwa hidup
ini selalu mengalami perkembangan, dari yang dulu diawali dengan perjuangan
mengadakan kehidupan yang sederhana, hingga modern dan timbul kehidupan yang
kompleks.
3.
Dengan membaca puisi diatas, akan
memberi dampak positif bagi saya dan bermanfaat.
Menanalisis bentuk puisi
1. Terdiri
dari tiga bait, bait pertam terdiri dari dua baris, bait kedua terdiri dari
empat baris dan bait ketiga terdiri dari empat baris.
2. Menggunakan
majas personifikasi.
3. Diksi
sesuai dan menarik
Kekuatan
puisi ada pada diksi atau mengungkapannya dengan kata-kata yang indah dan
puitis.