Rabu, 26 Juni 2013

Menganalisis Puisi


PUISI
Puisi terdapat empat arti yaitu arti lugas, arti perasaan penyair, nada dan itikad.
Arti secara lugas ini berkaintan dengan kegiatan pikiran penyair ketika kesadarannya bersinggungan dengan suatu pokok. Dengan demikian arti lugas ini akan berupa pendapat penyair tentang pokok pembicaraannya.
Arti yang kedua ialah arti perasaan penyair. Didalam menghadapi pokok pembicaraannya, penyair tidakn hanya berpikir melainkan juga meras.
Arti ketiga puisi yaitu nada. Nada bicara seorang penyair ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu pokok pembicaraan dan orang yang diajak bicara.
Arti yang keempat yaitu itikad. Sadar atu tidak sadar mungkin saja penyair menyisipkan keinginan agar sesuatu terjadi sebagai dampak sajaknya, baik pada diri pembaca atau bahkan pada masyarakat yang menjadi sasaran sajaknya itu.




Gerimis yang Diam-Diam
Pada suatu temaran subuh
Yang dingin oleh perjalanan musim
Adakah kaulihat di atas atap rumah-rumah
Gerimis yang menyebar diam-diam
Datang dari kelam langit?
Pada saat itu
Adakah kaucair – pikirkan
Bahwa sang mahadurjana
Fitnah yang merajalela di mana-mana
Merasuki tiap jengkal tanag di buni
Dari kelam kehidupan diam-diam
Seperti desis gerimis?
                                                                       Karya : Apip Mustopa
Dari “Salah Satu Hadis Nabi”, Jakarta, Maret 1976
Dikutip dari Majalah Kebudayaan Umum Budaya Jaya
Nomor 98 Tahun IX, Juli 1976

Menganalisis Puisi  “Gerimis yang Diam-Diam “ karya Apip Mustopa
a.       Struktur Global
Puisi diatas adalah puisi modern, tidak termasuk puisi baru karena sudah terlepas dari rima atau ciri puisi lama yang masih terasa pada puisi baru. Adanya tanda penggunaan tanda tanya menunjukkan perbedaan puisi  tersebut dari puisi  lama. Puisi diatas terdiri dari satu baik, dua belas baris. Masing-masing baris mempunyai makna yang berbeda, ada yang menunjukkan makna keadaan, makna waktu dan makna tempat. Garis besar isi puisi mengungkapkan tentang kejahatan , terlihat dari penggunaan kata ganti seperti mahajurjana dan fitnah yang merajalela.
b.      Analisis Stuktur Fisik
Dapat dirasakan bahwa puisi diatas mempunyai kepaduan dan harmoni antara struktur fisik dan struktur batin. Puisi “Gerimis yang Diam-Diam”  diksinya cukup mudah dipahami karena bahasanya sederhana dan bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada satu kata yang jarang digunakan yaitu mahadurjana . Keterangan tempat atau setting sangat jelas,  suasana juga digambarkan secara jelas.
c.       Struktur Batin
Secara sepintas telah diintepretasikan tema puisi diatas yaitu tentang kejahatan yang ada di sekitar kehidupan manusia yang diamati oleh penulis. Hal ini dibuktikan setelah menelaah  struktur bahasa penyair.
Struktur Batin terdiri dari :
1.      Perasaan
Penyair pada saat menciptakan puisi diatas dapat dirasakan juga sewaktu membahat bait puisi tersebut.Penyair mengajak pembaca untuk ikut merasakan bahwa kejahatan semakin merajalela dalam  kehidupan dan fitnah terjadi dimana-mana. Kejahatan juga diibaratkan seperti gerimis yang tak mampu dicegah, datang terus menerus dan membawa dampak dan suasanya yang berbeda di kehidupan.
2.      Nada dan Suara
Nada dan suara bercerita dengan mengungkapkan perasaan yang sedih dan perihatin dengan keadaan yang sedang dihadapi di sekitar penulis. Penyair menceritakan kejahatan yang ada disekita kehidupan yang sangat memprihatinkan dan semakin merajalela.
3.      Amanat
Puisi diatas menyatakan bahwa penyair ingin mengungkapkan rasa prihatin terhadap kehidupan, karena kejahatan dan fitnah semakin tidak terkontrol dan semakin banyak. Penyair mengajak pembaca untuk melihat kehidupan sekita dan peduli akan keadaan sekitar, bahwa kejahatan saat ini sangat memprihatinkan dan dampaknya  bisa dirasakan dan terlihat.



Isi dari puisi Gerimis yang Diam-Diam
Pada saat subuh, suasana masih remang-remang dan dingin karena musim hujan. Disetiap atap rumah apabila dilihat dan diperhatikan, terlihat gerimis dan mendung ayang datang dari langit. apakah sempat kau pikirkan banyak sekali kejahatan pada waktu itu, penjahat ada dimana-mana dan fitnah semakin banyak dan merajalela. Dimana-mana terjadi kejahatan sehingga kejahatan sudah merata dan menjadi hal yang biasa. Kejahatan sepertinya sepertinya sudah memasuki kehidupan di bumi, datang dan tumbuh dengan sedikit demi sedikit, namun terus terjadi dan membawa perubaha dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan menjadi terganggu dengan adanya kejahatan.




PETANI
Punggungnya landasan matahari
Di atasnya kota demi kota berdiri

Di punggungnya surya besar menempa hari
Jadi zaman berangkai zaman
Di punggungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi
Bagi peradaban demi peradaban

Peradaban pertama ditulis dengan cangkul
Di zaman purbani
Peradaban pertama dirintis dengan cangkul
Diayunkan petani

                                                            (Haryanto Andangjaya, Buku Puisi)
Menaganisis puisi “Petani”
·         Keterlibatan Jiwa
1.      Pokok yang dibicarakan penyair dalam sajak tersebut adalah tentnag perjuangan dan peran petani sejak jaman dahulu sebelum menjadi zaman yang modern seperti sekarang ini.
Terbukti dengan sajak puisi “ Di pungungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi” dan “ Bagi peradaban demi peradaban”.
2.      Perasaan penyair tentang pokok permasalahan yang dibahas yaitu perasaan kagum dan menghormati akan perjuangan dan peran petani disegala zaman.
3.      Perasaan yang timbul dalam diri penyair ketika ia sedak menghadapi pokok permasalahan tersebut adalah merasakan senang dan bangga atas perjuangn petani yang bisa menyesuaikan zaman dan bisa berpartisipasi dam peradaban di zaman yang akan berubah dari waktu ke waktu.
4.      Penyair berbicara kepada pembaca dengan nada memaparkan bukti bahwa petani ikut mengisi peradaban yang akan berubah dari zaman terdahulu ke zaman yang semakin modern dan senantiasa menyesuaikan zaman denagan pengorbanannya.
Terbukti dengan memaparkan pendapat tentang petani yang disimbulkan denagn cangkul yang berciri khas sebagai alat bekerja petani.
“ Peradaban pertama ditulis dengan cangkul”
“Peradaban pertama dirintis dengan cangkul”
Menunjukkan betama besar peran petani yang pada zaman itu mengandalkan alatnya yaitu cangkul. Dengan kerja dan alatnya tersebut mampu menyesuaikan zaman dan masih bisa menyumbangkan pengabdiannya demi peradaban yang terus menerus berubah.
5.      Penyair menginginkan sesuatu terjadi pada diri pembaca apabila kita membaca puisi tersebut. Penyair menginginkan pembaca untuk tahu dan mrnghormati pengadbian dan perjuangan petani di dalam suatu peradaban tersebut.
6.      Penyair menulis sajak itu diperkirakan pada waktu itu ikut melihat dan mengamati perjalanan petani dari waktu ke waktu dan melihat kehidupannya sehingga bila disimpulkan ikut andil dalam perudahan dan perkembangan zaman.


·         Penguasaah Penyair Terhadap Bahasa

1.      Bahasa yang digunakan penyair sangat puitis dan indah. Dalam pemilihan diksi sangatlah tepat dan bisa menciptakan suasana yang pas sesuai dengan keadaan dan tema puisi.
2.      Penyair berhasil mengungkapkan pikiran dan perasaan mengenai petani, peradaban, hingga dulu zaman yang belum modern hingga menjadi zaman yang sudah modern dengan ditunjukkan adanya perkotaan.
3.      Sajak diatas enak sekali untuk dibaca dan didengar, karena inti dari puisi di atas tentang rasa kekaguman dan penghormatan yang bisa menjadikan pengetahuan dan hiburan bagi penikmatnya.


·         Hubungan Dengan Pengalaman Kehidupan
1.        Setelah membaca puisi tersebut, saya merasa senag=ng dan terhibur. Saya mendapatkan pengetahuan dan bisa membaca pengalaman orang lain. Memang petani yang saya amati, memberikan kontribusi dan ikut andil dalam kehidupan di zaman ini, tak ada petani lalu mau makan apa negara ini, apakan hanya ingin mengandalkan dari alam saja, tanpa berusaha mengelola dan bertanam.
2.        Saya mengalami perasan baru setelah saya membaca puisi tersebut. Petani ternyata sangat besar jasanya, saya bisa mendapi lebih  menghormati dan lebih tahu akan jasanya yang besar bagi kehidupan. Membuka gambaran tentang hidup, bahwa hidup ini selalu mengalami perkembangan, dari yang dulu diawali dengan perjuangan mengadakan kehidupan yang sederhana, hingga modern dan timbul kehidupan yang kompleks.
3.        Dengan membaca puisi diatas, akan memberi dampak  positif  bagi saya dan bermanfaat.


Menanalisis bentuk puisi
1.      Terdiri dari tiga bait, bait pertam terdiri dari dua baris, bait kedua terdiri dari empat baris dan bait ketiga terdiri dari empat baris.
2.      Menggunakan majas personifikasi.
3.      Diksi sesuai dan menarik


Kekuatan puisi ada pada diksi atau mengungkapannya dengan kata-kata yang indah dan puitis.

Pengertian dan Ciri-ciri Cerpen


Pengertian Cerpen dan Ciri-Ciri Cerita Pendek

Cerita pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Namun demikian apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih memahaminya.
Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).
Menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat tetapi padat.
Ciri-ciri Cerita Pendek
Ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.
Ceritanya pendek ;
  • Bersifat rekaan (fiction)
  • Bersifat naratif
  • Memiliki kesan tunggal.
Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut.
  • Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
  • Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
  • Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.
Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut.
  • Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity).
  • Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action).
  • Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert).

Menganalisis Cerpen "Panggilan Rasul"


Menganalisis Unsur Cerpen “Panggilan Rasul” karya Hamzad Rangkuti
Sinopsis Cerpen Panggilan Rasul
Pada suatu hari, ada seorang ibu yang sedang bersedih melihat foto anak-anaknya di ruang tamu. Ia melihat foto kedua puteranya yang yang sudah meninggal. Suasana pada waktu itu sangat sepi, namun ketika subuh tiba diadakannya suatu acara. Dalam rumah itu, ada seorang anak laki-laki yaitu Lasuddin, anak yang akan disunat pada waktu itu.
Bapak dan ibunya khawatir pada Lasuddin, apabila nasib anak terakhir sekaligus anak tunggalnya meninggal pada waktu disunat. Kekhawatiran itu timbul karena kedua kakak Lasunddin yaitu Kamaruddin dan Syarifuddin meninggal setelah disunat.
Pada waktu itu gempar pula isu yang beredar di dalam kampung itu kalau kedua anak yang meninggal karena kelakuan bapak mereka yang kejam, keras dan tamak sebagai tuan tanah. Namun sebenarnya kematian mereka karena salah memotong bagian yang bisa mematikan dan fatal yang bisa membuat kematian, bukan karena gosip atau ramalan dari  dukun yang karena hal-hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Akhirnya Lasuddin disunat dengan lancar dan ia tidak meninggal seperti nasib kedua kakaknya yang sebenarnya bukan karena karma dari orang tuanya melainkan salah memotong daerah kemaluan yang bisa membuat meninggal orang yang sedang disunat. Adanya dokter yang ahli tentang kesehatan juga membantu spekulasi isu yang beredar di masyarakat tentang keluarga Lasuddin dan memberi pengertian bahwa segala sesuatu ada ilmunya.



A. Unsur Intrinsik
1.      Tokoh dan Penokohan
a.       Bapak : Penyayang, mudah percaya, mudah bimbang, terkenal kasar dan keras di masyarakat. Seorang tuan tanah di suatu desa, mempunyai anak yang bernama Lasuddin.
b.      Ibu : sabar, lembut, penyayang, beriman dan berpendirian teguh. Ibu adalah istri dari bapak dan ibu dari Lasuddin.
c.       Lasuddin : penurut dan pendiam.
d.      Paman : mudah percaya, baik hati, penyabar .
e.       Kamarrudin : Bandel, susah dinasehati.
f.       Syarifuddin : penurut, pemalu, pendiam.
g.      Dokter : cerdas, sabar, santun.
2.      Latar Cerita (Setting)
a.       Tempat : di kamar, di ruang tamu, di rumah Lasuddin.
b.      Waktu : Subuh
c.       Latar sosial : Kehidupan zaman dahulu sekitar tahun 1970an, masih mempercayai dukun dan petuah serta hal-hal khayal lainnya.
d.      Suasana : menyedihkan, mendebarkan dan mengharukan.
3.      Alur
Perkenalan ---àpermunculan konflik---à konflik---à tahap klimaks---à anti klimaks---à penyelesaian.
Alur cerita maju, kemudian ada alur mundur yaitu menceritakan masa lalu dan selanjutnya alur maju lagi.
4.      Sudut Pandang
Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam cerita, menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
5.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa masih menggunakan bahasa formal, bahasa sehari-hari, bahasanya juga mendayu-dayu. Bahasa yang digunakan dalam cerita yaitu sederhana dan mudah dipahami.
6.      Tema
Sunatan
7.      Amanat
a.       Setiap anak laki-laki yang brragama yang belum disunat, diwajibkan untuk sunat sesuai dengan syariat islam.
b.      Janganlah mempercayai ramalan, dukun atau hal-hal yang menyekutukan allah, karena hal ini merusak keimanan seseorang dan bisa merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
c.       Kesehatan bisa diteliti melalui ilmu kedokteran dan alat-alat yang canggih, namun kalau kesehatan seseorang diprediksi dengan hal-hal seperti mempercayai dukun atau ramalan itu salah dan termasuk orang yang tidak beriman dan mempercayai Allah.
B. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari luar.
Unsur eksrinsik meliputi :
a.       Latar belakang kehidupan pengarang  (biografi, pendidikan, pekerjaan)
b.      Unsur sosial dan budaya pad awaktu cerita dihasilkan
c.       Unsur agama atau religi.
Unsur ekstrinsik yang ada dalam cerpen “ Panggilan Rasul” antara lain
1.      Unsur agama
Walaupun masyarakat yang ada dalam cerita sudah mempunyai agama, yaitu agama islam, namun masih percaya dengan ramalan dan dukun yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan agama yang bisa melemahkan iman seseorang dan membuat seseorang menjadi salah paham, salah kesimpulan dan salah arah. Dalam agama islam laki-laki yang cukup umur untuk disunat, dianjurkan dalan syariat islam untuk disunat, ceriata ini menerapkan syariat agama dan unsur agama yang ada cukup kental.
2.      Unsur Pendidikan
Masyarakat sudah menjunjung tinggi pendidikan, terbukti dalam hal ini sudah ada orang yang berpendidikan yang bekerja sebagai dokter. Mereka dalam menyunat anak-anak mereka tidak lagi dengan dukun yang asal-asalan yang keahliannya diragukan dan bisa membahayakan pasien. Dokter menjadi alternatif yang palng diutamakan dan sebagai pilihan yang paling tepat karena ilmu dan keahliannya tidak diragukan, sehingga masyarakat sudah mulai kritis dan pintar dalam mengambil keputusan.
3.      Unsur Sosial
Dalam cerita ini unsur sosial sangat kental sekali, terbukti dengan disunatnya Lasuddin masyarakat sekitar langsung pedulin dan menjenguk pada waktu itu pula. Tidak lupa diceritakan pula kehidupan sosial dalm cerita ini dengan tokoh bapak yang sosialisasinya dalm masyarakat kuarng disukai dengan tinkah lakunya dalm begaul di msayarakat. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam bergaul dimasyarakat perlu adanya kontrol apabila berbuat sesuatu hal yang tidak layak dan menyimpang dalam masyarakat seperti tokoh bapak yang kasar dan keras dalam bergaul di masyarakat.
4.      Unsur Budaya
Pada zaman dahulu sebelum ada dokter, masyarakat mempercayai dukun sebagai orang yang dipercaya untuk menyunat anak-anak mereka. Namun hal ini dibarengi dengan mereka mempercayai ramalan dukun atau hal-hal konyol yang tak bisa dibuktikan kebenarannya. Budaya pada saat itu dalam cerita adalah sudah menjadi budaya apabila ada seserang yang disunat, masyarakat sekitar menjenguk. Dukun sebagai orang yang dipercaya hebat, dalam segala ucapannya dipercaya dan dijadikan sebagai patokan hidup.